ditempat ini,
ruang intelektual kita masih berjalan
garis cakrawala melukis jelas batas didepan
dan,
gores wajahmu tersamar dibalik kaca jendela kehidupan
Catatan kita terekam dalam dua cangkir kopi kental dan capucino kental, beradu menjawab ketakutan
Rabu, 08 April 2009
memorabilia
kuncupmu merekah dibatas ujung penciumanku,masih sangsikah kau
membaca warna kelam esok hari, menebar hitam...
apa masih ingatanmu mencatatnya...
gejayan menangis saat langkah kita mengasah gelapnya aspal sore,
dan mungkin esok sudah berakhir
membaca warna kelam esok hari, menebar hitam...
apa masih ingatanmu mencatatnya...
gejayan menangis saat langkah kita mengasah gelapnya aspal sore,
dan mungkin esok sudah berakhir
kemudian
jawabanku adalah sama, seperti puncak argo mencoba menyentuh nirwana,
kekal...
apakah kesalahan...kita besar dari rahim yang sama, dan kereta kita berjalan berlawanan
Bharatayudha adalah cerita dan Pandawa adalah bijaksana,
bagaimana ruang kita menjawab?
kekal...
apakah kesalahan...kita besar dari rahim yang sama, dan kereta kita berjalan berlawanan
Bharatayudha adalah cerita dan Pandawa adalah bijaksana,
bagaimana ruang kita menjawab?
hohohoho
hohoho..mereka menyerang kita
Saya pengen berbagi unek-unek dengan teman-teman. Unek-unek ini muncul disaat seorang teman saya di fb tanya apa kesibukannya? Dia menjawab sedang sibuk untuk mikir nyontreng pemilu. Gila saya berpikir pemilu masih beberapa hari dan teman saya susah-susah mikir....(saya berpandangan bahwa nyoblos ya saat di tempat coblosan, nda usah pusing-pusing mikir jauh-jauh hari...ngapain)
Demikian kuatnya pengaruh dimensi ruang terhadapmanusia, dimensi ruang yang didominasi media meng-konstruksi alam pikir mnusia, mengatur bagaimana pengetahuan (realitas sosial ) dibangun oleh media. Huff...... (serem juga kalau kita tahu bangunan pengetahuan yang coba dibangun oleh media dalam otak kita)
Kita tahu, media merupakan salah satu ruang pembelajaran manusia yang mengembangkan diri melalui respon terhadap stimulus di dunia kognitifnya...manusia menangkap dengan indra mengolah dan akan membentuk suatu bangunan pengetahuan baru, dengan kata lain pengetahuan yang dibentuk akan mempengaruhi cara berpikir kita atau dengan kata lain manusia tidak akan mempunyai kebebasan dalam berpikir..dan akhirnya kehilangan daya kritis....(serem tu..)
Wah lalu apakah media mempunyai visi dan misi????
Media tentu punya idealisme sendiri, idealnya dia mempunyai peran dalam pendidikan, membangun sikap dan kesadaran kritis dan kedalaman berpikir manusia. Coba kita bayangkan, tiap hari kalau kita melihat ruang aktivitas manusia yang dipenuhi dengan segala macam iklan, kampanye, film dsb.... secara sadar dan tidak sadar kita di gempur oleh iklan.Ahaah.. mulai tahu kan bangunan berpikir apa yang akan di bentuk oleh iklan, kampanye dsb tersebut?!
Apa yang akan terjadi???Ada dua pilihan, pertama kita akan takluk oleh mereka dan yang kedua kita apatis karena sudah bosan atau tidak terpengaruh karena kita mempunyai kesadaran yang kritis dalam berpikir.
media iklan, kampanye dan serangan kepentingan dalam ruang aktivitas manusia
media mempunyai kepentingan dan misi karena di dalamnya ada pertarungan kepentingan politik, ekonomi, dan budaya( disini kalau kita telusur, budaya yang menjadi trend sekarang muncul karena media, right?!)
Determinasi-determinasi tersebut seharusnya membuat kita jadi berpikir kritis, bukannya masuk dalam arus yang akan di bentuk media melalui rasionalisasi-rasioalisasi yang coba membangun konstruksi berpikir manusia. So...kita jangan terjebak...!
Ada pertanyaan ni...
mengapa ana-anak sekarang tidak tau lagu-lagu daerah?apakah kalah tenar dengan lagunya peterpan, ungu, green day...?hahaha
mengapa anak-anak sekarang tidak tau permainan congklak, gundu bentik dsb kalah oleh PS...?
mengapa gotong royong kalah oleh even organiser..???
ada banyak kearifan lokal yang seharusnya kita ketahui...
berbagai kearifan lokal yang tenggelam oleh arus modernisasi
lah.... media dalam konteks pemilu gimana?
teman-teman coba berpikir dan mengolah sendiri ae, tapi kita akan coba masuk dengan melihat ruang yang tercipta saat ini seperti apa, apakah sudah sesuai dengan yang kita kehendaki, apakah sudah baik, apakah sudah tertata dan demokratis?
Bagaimana dengan serangan virus kampanye sudah menjalar di otak kita hingga kita dapat berpikir dalam suatu kesadaran yang kritis?(untuk definisi kesadaran kritis teman-teman cari terminologinya sendiri yo...)
dominasi dalam ruang dan terciptanya ruang baru
ketika ruang yang ada telah penuh dengan kepentingan dan determinasi ekonomi politik dan budaya, dan masyarakat tidak menerimanya akan muncul resistensi. Dari resistensi tersebut akan menciptakan ruang baru yang dinamakan ruang kritis. Dalam teori ruang, ruang baru akan muncul sebagai bentuk resistensi atas dominasi(hegemoni dalam bahasa Gramsci )...wah jadi post-mod banget ni
dalam konteks pemilu sama saja, ketika masyarakat tidak percaya terhadap sistem yang berjalan atau kongkretnya tidak percaya caleg, akan muncul resistensi masyarakat dalam berbagai bentuk salah satunya tiak memilih atau golput....
saya tidak mengajak lo....
teman-teman rangkai sendiri antara kepentingan media-ekonomi dan politik dalam ruang yang ada, saya kira dengan daya kesadaran kritis kita bisa membacanya....semangat!!!
Saya pengen berbagi unek-unek dengan teman-teman. Unek-unek ini muncul disaat seorang teman saya di fb tanya apa kesibukannya? Dia menjawab sedang sibuk untuk mikir nyontreng pemilu. Gila saya berpikir pemilu masih beberapa hari dan teman saya susah-susah mikir....(saya berpandangan bahwa nyoblos ya saat di tempat coblosan, nda usah pusing-pusing mikir jauh-jauh hari...ngapain)
Demikian kuatnya pengaruh dimensi ruang terhadapmanusia, dimensi ruang yang didominasi media meng-konstruksi alam pikir mnusia, mengatur bagaimana pengetahuan (realitas sosial ) dibangun oleh media. Huff...... (serem juga kalau kita tahu bangunan pengetahuan yang coba dibangun oleh media dalam otak kita)
Kita tahu, media merupakan salah satu ruang pembelajaran manusia yang mengembangkan diri melalui respon terhadap stimulus di dunia kognitifnya...manusia menangkap dengan indra mengolah dan akan membentuk suatu bangunan pengetahuan baru, dengan kata lain pengetahuan yang dibentuk akan mempengaruhi cara berpikir kita atau dengan kata lain manusia tidak akan mempunyai kebebasan dalam berpikir..dan akhirnya kehilangan daya kritis....(serem tu..)
Wah lalu apakah media mempunyai visi dan misi????
Media tentu punya idealisme sendiri, idealnya dia mempunyai peran dalam pendidikan, membangun sikap dan kesadaran kritis dan kedalaman berpikir manusia. Coba kita bayangkan, tiap hari kalau kita melihat ruang aktivitas manusia yang dipenuhi dengan segala macam iklan, kampanye, film dsb.... secara sadar dan tidak sadar kita di gempur oleh iklan.Ahaah.. mulai tahu kan bangunan berpikir apa yang akan di bentuk oleh iklan, kampanye dsb tersebut?!
Apa yang akan terjadi???Ada dua pilihan, pertama kita akan takluk oleh mereka dan yang kedua kita apatis karena sudah bosan atau tidak terpengaruh karena kita mempunyai kesadaran yang kritis dalam berpikir.
media iklan, kampanye dan serangan kepentingan dalam ruang aktivitas manusia
media mempunyai kepentingan dan misi karena di dalamnya ada pertarungan kepentingan politik, ekonomi, dan budaya( disini kalau kita telusur, budaya yang menjadi trend sekarang muncul karena media, right?!)
Determinasi-determinasi tersebut seharusnya membuat kita jadi berpikir kritis, bukannya masuk dalam arus yang akan di bentuk media melalui rasionalisasi-rasioalisasi
Ada pertanyaan ni...
mengapa ana-anak sekarang tidak tau lagu-lagu daerah?apakah kalah tenar dengan lagunya peterpan, ungu, green day...?hahaha
mengapa anak-anak sekarang tidak tau permainan congklak, gundu bentik dsb kalah oleh PS...?
mengapa gotong royong kalah oleh even organiser..???
ada banyak kearifan lokal yang seharusnya kita ketahui...
berbagai kearifan lokal yang tenggelam oleh arus modernisasi
lah.... media dalam konteks pemilu gimana?
teman-teman coba berpikir dan mengolah sendiri ae, tapi kita akan coba masuk dengan melihat ruang yang tercipta saat ini seperti apa, apakah sudah sesuai dengan yang kita kehendaki, apakah sudah baik, apakah sudah tertata dan demokratis?
Bagaimana dengan serangan virus kampanye sudah menjalar di otak kita hingga kita dapat berpikir dalam suatu kesadaran yang kritis?(untuk definisi kesadaran kritis teman-teman cari terminologinya sendiri yo...)
dominasi dalam ruang dan terciptanya ruang baru
ketika ruang yang ada telah penuh dengan kepentingan dan determinasi ekonomi politik dan budaya, dan masyarakat tidak menerimanya akan muncul resistensi. Dari resistensi tersebut akan menciptakan ruang baru yang dinamakan ruang kritis. Dalam teori ruang, ruang baru akan muncul sebagai bentuk resistensi atas dominasi(hegemoni dalam bahasa Gramsci )...wah jadi post-mod banget ni
dalam konteks pemilu sama saja, ketika masyarakat tidak percaya terhadap sistem yang berjalan atau kongkretnya tidak percaya caleg, akan muncul resistensi masyarakat dalam berbagai bentuk salah satunya tiak memilih atau golput....
saya tidak mengajak lo....
teman-teman rangkai sendiri antara kepentingan media-ekonomi dan politik dalam ruang yang ada, saya kira dengan daya kesadaran kritis kita bisa membacanya....semangat!!!
Langganan:
Postingan (Atom)