Berbahaya, membaca, mendengar dan melihat tanpa dasar berpikir ilmiah
Pagi-pagi baca koran, headlines media cetak dan elektronik tidak segarang tiga dan empat tahun lalu dalam mengangkat isu-isu kemanusiaan seperti berita Hari Buruh dan Hari Pendidikan Indonesia…..
Ada apa ya???
Apa karena mendekati pemilu, sehingga rawan ???hohohoho semoga bukan itu…
Atau karena pendidikan dan kesejahteraan merupakan isu-isu vital terkait kebijakan negara terhadap masyarakat, sehingga menjadi tabu untuk di sentuh media…????
Sabtu malam saya membaca sepenggal tulisan teman yang melarang anaknya nonton sinetron yang menjamur di tipi…ini sama seperti saya, anti sinetron
imajinasi
Peran dan fungsi imajinasi dalam dunia kontemporer kini mulai menggeser peran media, terutama media cetak yang menjadi medium primer dalam perkembangan wacana pengetahuan manusia. Imaji dalam terminologi komunikasi adalah gambaran, gambaran ini di dapat bukan secara instan, tetapi merupakan suatu proses mental manusia dalam membentuk pengetahuan baru yang kemudian diproyeksikannya.
Konsep imajinasi sebenarnya telah ada sejak jaman Ibrani, dalam kisah adam-hawa yang mencuri buah kebenaran. Kemudian jaman Helenis, dalam kisah Prometeus yang mencuri api Zeus kemudian membebaskan manusia dari kebutaan, di tahap ini manusia lepas dari kosmos dan berpikir tentang eksistensi dirinya. Di jaman modern, Kant yang mencoba mencari jalan damai perseteruan rasionalisme dan empirisme, dengan membuat sintesis (antara indra dan pemahaman) bahwa harus ada kemampuan aktif manusia dalam berbagai hal yang dinamakan imajinasi, kemudian ada juga pandangan imajinasi humanis dari Sartre. Sedang postmodern memandang imajinasi adalah independen dan tidak terpengaruh kekuatan-kekuatan luar ( Lacan, Foucault, Derrida).
Pengetahuan yang diterima manusia ada dua, yang
pertama : pengetahuan informatif, yaitu pengetahuan yang didapat masyarakat dari media massa-koran-televisi-dsb sebatas fakta. Karena media massa menjadi penyampai pengetahuan, maka perannya menjadi penting dalam membentuk bangunan pikir masyarakat. Sebagai contoh: berita di koran di tulis tanggal 2 Mei merupakan refleksi bagi dunia pendidikan kita, maka ketika berita tersebut muncul di media massa kemungkinan yang akan terjadi adalah masyarakat bertanya sebenarnya apa yang telah terjadi di dalam dunia pendidikan Indonesia? (manusia hanya sebatas bertanya sebuah berita).
kedua : pengetahuan ilmiah yang bersifat intelek, yaitu pengetahuan yang berkembang dan bersumber melalui intelek. Disini kemampuan analisis manusia sebagai makhluk yang berakal budi di gunakan. Kebanyaan pengetahuan ini di dapat dari buku-buku. Pengetahuan intelek penting disaat manusia memandang hakikat kebenaran suatu hal. Sebagai contoh : di koran ditulis tanggal 2 Mei merupakan refleksi bagi dunia pendidikan. Sebagai manusia yang berkemampuan intelek dia berpikir dalam suatu pengetahuan analisis tertentu, semisal : setelah membaca kemudian si pembaca berpikir dunia pendidikan kita ternyata telah masuk dalam system yang dinamakan kapitalisme dan dalam konteks Indonesia sekolah telah berjalan kearah privatisasi pendidikan yang notabene mempunyai akibat yang luar biasa pada kehidupan dan kemanusiaan (disini manusia menangkap berita dan disertai analisis).
Ada perbedaan yang mendasar antara keduanya, salah satunya disertai dengan pengetahuan analisis dan lainnya tidak.
Dari dua contoh bentuk pengetahuan diatas kita, kita kemudian menjadi tahu suatu hal baru tentang dunia pendidikan Indonesia. Dalam komunikasi setelah ada impuls seharusnya ada umpan balik, semisal ketika ada berita teman kita sakit kita kemudian membesuknya. Respon kita setelah menerima contoh berita diatas dapat bermacam-macam. Setelah dapat pengetahuan baru yang membuat kita berpikir, kemudian bisa juga kita lalu mencari buku yang berkaitan dengan dunia pendidikan; baik yang berkaitan tentang mahalnya biaya pendidikan sampai dengan konsep pendidikan ala kapitalisme yang akan dibangun Indonesia kedepan atau bahkan konsep pendidikan alternative yang humanis. Atau kalau kita berpikir lebih tajam dan bijak dalam ranah filosofis kita akan mencari pengetahuan tentang filosofi pendidikan dalam berbagai macam buku, yang digagas beberapa orang yang kritis seperti om Ivan Illich, pakde Banawiratna, uncle Paulo Freire, Romo YB Mangunwijaya dan beberapa pemikir pendidikan pedagogi kritis lainnya.
Wufff kenapa malah omongan lari ke dunia pendidikan yo????maap…maap….ternyata dunia pendidikan sangat menarik, jauh lebih baik dari sinetron di tipi-tipi…….
Kembali ke pengetahuan, pengetahuan ilmiah yang di hasilkan intelek kebanyakan tidak mendapat tempat di ruang aktivitas social manusia, kenapa?
Dalam beberapa hal seperti yang telah saya tulis di notes saya sebelumnya, pengetahuan yang di bangun media selalu mempunyai kepentingan karena tarikan ekonomi, politik maupun budaya, adapun misi dan idealismenya mendidik orang menjadi kritis menjadi bias karena kepentingan-kepentingan tersebut. Hal itulah yang membuat pengetahuan intelek kurang (baca : sedikit) mendapat perhatian dalam ruang aktivitas manusia tersebab tidak mempunyai nilai jual. Kecenderungan pragmatisme berpikir manusia yang coba di bangun media di masyarakat selalu berbenturan dengan idealisme media sebagai sarana pendidikan kritis manusia.
Ahahah….berarti disini ada permasalahan dalam proses penyampaian pengetahuan dalam ruang social manusia, terutama pengetahuan ilmiah. Sebenarnya media yang cepat dan efektif dalam penyampaian pengetahuan adalah media elektronik, akan tetapi media elektronik sering memakai bahasa yang praktis sedangkan pengetahuan ilmiah mempunyai bahasa dengan kadar pemikiran dalam, sehingga dalam penyampaiannya seringkali terlambat(lama) bahkan mereduksi makna. Karena serba praktis dan pragmatis, saat terlaksananya praksis pengetahuan sering mendahului teori, jadi sebuah teori mengalir terlambat hadir (dalam mendasari berpikir manusia). Apakah ini berarti suatu kegagalan media dalam membangun pengetahuan ilmiah manusia……????
kita dan kita
Pertanyaan “apakah……” diatas merupakan esensial, mengenai gagalnya media dalam membangun pengetahuan ilmiah dalam masyarakat. Tulisan ini tidak mempunyai maksud apa-apa , tapi saya hanya coba berbagi dengan teman-teman dalam memandang tanda-tanda perubahan jaman, seperti masalah kesejahteraan, pendidikan, kebangsaan dan masalah lain tentang kemanusiaan yang seringkali kurang (tidak) mendapat lirikan mata, telinga dan suara kita. Saya kira ruang social kita bukan hanya ruang pragmatis yang hanya mencetak kebutuhan dan bukan mencipta pemikiran. Jadi teman-teman jangan segan dan merasa berat membaca buku, jangan risih mendengar isu-isu dan berita di media terutama persoalan kemanusiaan, dan jangan berhenti berbagi pengetahuan dalam ruang apapun… Semangat!!!!
Yang perlu kita tahu : whats on 1, 2 dan 20 Mei, bahwa tanggal 1 Mei adalah Hari Buruh, 2 Mei adalah hari Pendidikan Nasional dan 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar